LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR 1
JUDUL PRAKTIKUM :
KETERAMPILAN DASAR DI LABORATORIUM
WINDA SOFIHAN
3325120252
KELOMPOK 3
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA
DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI
JAKARTA
2012
Percobaan 1
Keterampilan Dasar di
Laboratorium
I.
Tujuan Percobaan
a.
Mengenalkan beberapa macam alat yang sederhana
dan penggunaannya.
b.
Memahami dan mengerti teknik dasar percobaan di
laboratorium.
c.
Dapat membuat dan mengenal suatu gas
-
Mengetahui sesuatu gas dari baunya
-
Mengetahui cara yang tepat dalam membaui suatu
gas.
-
Mengetahui sifat gas berdasarkan perubahan warna
pada kertas lakmus.
d.
Mengetahui dan dapat melakukan pengenceran
larutan.
e.
Dapat melakukan pemisahan endapan dari suatu
larutan dengan metode penyaringan.
f.
Dapat menetukan banyaknya asam dan basa dengan
cara titrasi asam basa.
II.
Teori dan Prinsip Percobaan
Laboratorium kimia merupakan
sarana penting untuk pendidikan, penelitian, pelayanan, dan uji mutu (quality
control). Mengingat perbedaan fungsi tersebut, maka berbeda pula dalam desain,
fasilitas, dan penggunaan bahan serta prioritas peralatan yang diperlukan.
Walaupun demikian, apabila ditinjau dari aspek keselamatan kerja, laboratorium
mempunyai bahaya besar yang sama sebagai akibat penggunaan bahan kimia dan
tekniknya. Berikut ini akan diperkenalkan beberapa alat sederhana dan
penggunaanya.
No
|
Nama Alat
|
Keterangan dan Fungsi
|
Gambar
|
1.
|
Tabung Reaksi
|
Keterangan:
-terbuat dari gelas
-dapat dipanaskan
Fungsi:
Untuk mereaksikan zat-zat kimia dalam jumlah sedikit,baik padat maupun
cair
|
|
2.
|
Penjepit
|
Keterangan:
-terbuat dari kayu atau logam
Fungsi:
Untuk menjepit tabung reaksi pada pemanasan/mengambil cairan dalam
keadaan panas
|
|
3.
|
Rak Tabung Reaksi
|
Keterangan:
-terbuat dari kayu atau logam
Fungsi:
Untuk menempatkan tabung reaksi
|
|
4.
|
Pengaduk
|
Keterangan:
Terbuat dari gelas
Fungsi:
Untuk mengaduk suatu campuran atau larutan dipakai juga untuk
membantu pada saat menuangkan cairan dalam proses penyaringan atau pemindahan
dari suatu wadah ke wadah lain
|
|
5.
|
Corong
|
Keterangan:
Terbuat dari gelas
Fungsi:
Untuk membantu pada saat memasukkan cairan kedalam suatu tempat yang
mulutnya seperti labu ukur, botol buret dan sebagainya, juga untuk membantu
dalam penyaringan
|
|
6.
|
Pipa Bengkok
|
Keterangan:
Terbuat dari gelas
Fungsi:
Untuk mengalirkan ke dalam suatu tempat tertutup atau kedalam larutan
|
|
7.
|
Gelas Arloji
|
Fungsi:
-untuk tempat menimbang zat yang berbentuk kristal dan tidak
higroskopis
-untuk menguapkan larutan dalam jumlah sedikit
|
|
8.
|
Gelas Ukur
|
Keterangan:
Jangan digunakan untuk mengukur larutan yang panas
Fungsi:
-untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk cair
-mempunyaa skala terdiri dari bermacam-macam ukuran
|
|
9.
|
Gelas Piala/ gelas beaker
|
Keterangan:
Bukan alat pengukur (walaupun volume kira-kira)
Fungsi:
-tempat larutan
-untuk memanaskan (untuk menguapkan pelarut/memekatkan)
|
|
10.
|
Erlenmeyer
|
Keterangan:
Terbuat dari gelas
Fungsi:
-sebagai tempat larutan zat yang akan ditritasi
-untuk memanaskan larutan
|
|
11.
|
Labu Ukur
|
Keterangan:
-terbuat dari gelas
-mempunyai berbagai ukuran
Fungsi:
Untuk membuat larutan standar atau larutan tertentu dengan volume
setepat mungkin
-untuk pengenceran dengan volume tertentu
|
|
12.
|
Buret
|
Keterangan:
-terbuat dari gelas
-mempunyai skala dan keran
Fungsi:
Untuk titrasi atau sabagai tempat titrant yang dikeluarkan sedikit
demi sedikit melalui kran
|
|
13.
|
a. pipet gondok
|
Keterangan:
-bagian tengah dari pipet ini membesar
-ujungnya runcing
Fungsi:
Untuk mengambil larutan dengan volume tertentu dan tepat
|
|
b. pipet ukur
|
Keterangan:
Bagian tengah dari pipet ini sama besar (lurus)
-mempunyai skala
Fungsi:
Untuk mengambil larutan dengan volume tertentu
|
||
c. pipet tetes
|
Digunakan untuk mengambil larutan dalam jumlah sedikit
|
||
14.
|
Cawan Penguap
|
Keterangan:
Terbuat dari porselen, untuk menguapkan suatu larutan
|
|
15.
|
Botol Pencuci
|
Keterangan:
-terbuat dari plastik
-dilengkapi dengan pipa
-mempunyai skala
|
|
16.
|
Kasa Asbes
|
Keterangan:
-terbuat dari kawat/seng
-ditengahnya berlapis asbes
Fungsi:
Sebagai alas pada pemanasan alat-alat kaca yang berisi cairan atau
larutan dengan maksud agar panasnya merata
|
|
17.
|
Segitiga Porselen
|
Keterangan:
Terbuat dari keramik
Fungsi:
Digunakan sebagai penopang cawan porselen yang akan dipanaskan diatas
kaki tiga
|
|
18.
|
Kaki Tiga
|
Keterangan:
-terbuat dari besi
-merupakan alat penopang kasa asbes atau segitiga porselen yang
ditumpangi alat kaca atau cawan porselen yang akan di panaskan
Fungsi:
Diantara ketiga kakinya, dapat ditempatkan pembakar bunsen atau alat
pemanas lainnya
|
|
19.
|
Statif
|
Keterangan:
Terbuat dari besi
Fungsi:
Digunakan sebagai alat
penyangga buret dengan bantuan klem buret
|
Agar
mengerti tentang alat-alat yang sudah diperkenalkan tersebut, maka akan
dilakukan percobaan, yang terpenting adalah bagaimana menggunakan alat-alat
tersebut dengan baik dan bekerja benar.
1.
Pembuatan dan Pengenalan Suatu Gas
Gas NH3 adalah gas
yang berbau menyengat. Gas ini dapat dihasilkan dengan mereaksikan larutan
ammonium klorida dan natrium hidroksida yang kemudian dipanaskan. Adapun
reaksinya adalah:
NH4Cl (s) + NaOH (aq) dipanaskan
NH3 (g) + NaCl (aq) + H2O (l)
Terbentuknya gas dapat diketahui dari baunya. Dalam
membaui tidak diperkenankan menghirup langsung gas yang berbahaya. Cara membaui
adalah dengan mengipas-ngipaskan tangan di atas mulut tabung dan hidung berada
pada jarak yang relatif jauh. Sementara untuk mengetahui sifat gas tersebut,
latakkan kertas lakmus merah dan biru pada permukaan tabung. Namun, berdasarkan
referensi-referensi yang ada, gas NH3 tergolong ke dalam sifat
“basa”.
2.
Pengenceran dengan Labu Ukur
Untuk membuat suatu larutan
standar, kita dapat melakukan percobaan pengenceran dimana dilakukan penambahan
pelarut kedalam larutan yang akan diencerkan. Proses pengenceran merupakan
suatu prosedur untuk menghasilkan larutan yang lebih encer dari larutan yang
pekat agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Akan tetapi, kita perlu
terlebih dahulu menentukan berapa banyak larutan standar yang akan dibuat dan
hitung berapa banyak larutan asli yang harus diencerkan dengan menggunakan
rumus persamaan:
Keterangan:
V1 = Volume larutan asli yang
diperlukan V2 = Volume larutan
standar yang akan dibuat
M1 = Molaritas larutan asli M2 =
Molaritas larutan standar yang akan dibuat
Dalam
melakukan proses pengenceran, perlu bahwa penambahan lebih banyak pelarut ke
dalam sejumlah tertentu larutan akan mengubah (mengurangi) konsentrasi larutan
tanpa mengubah jumlah mol zat terlarut yang terdapat dalam larutan.
3.
Pengenceran H2SO4 Pekat
Untuk zat-zat yang jika direaksikan
akan menunjukan reaksi ekstrem seperti pada asam sulfat (H2SO4)
pekat, maka pengenceran dilakukan dengan menuangkan H2SO4
(sebagai zat yang akan diencerkan) pekat sedikit demi sedikit ke dalam air
(pelarut).
4.
Penyaringan
Menyaring merupakan salah satu
metode pemisahan, yaitu cara untuk memisahkan suatu endapan dari suatu larutan.
Dalam percobaan ini akan dilakukan penyaringan PbSO4 yang dibuat
dengan mereaksikan larutan H2SO4 dengan Pb-Asetat. Adapun
reaksinya:
Pb(CH3COO)2 (aq)
+ H2SO4 (aq) PbSO4 (s) + 2 CH3COOH
(aq)
5.
Titrasi Asam Basa
Titrasi asam basa merupakan suatu
reaksi penetralan yang menghasilkan garam dan air. Pada tritasi larutan basa
menggunakan larutan standar asam (Asidimetri) dan sebaliknya. Pada titrasi
larutan asam menggunakan larutan standar basa (Alkalimetri). Prosedur analisis
pada titrasi asam basa ini adalah dengan mengukur volume dari asam basa yang
bereaksi sehingga proses ini disebut titrasi volumetri.
Tujuan tritasi adalah untuk
menentukan banyaknya asam atau basa yang secara kimia tepat ekuivalen (setara)
dengan banyaknya basa atau asam di dalam larutan. Selain itu titrasi asam basa
melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Kadar larutan asam
ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya. Titrant ditambahkan
titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara
stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi) yang biasanya ditandai
perubahan warna indikator seperti indikator PP, Metil Merah, Metil Jingga,
Bromtimol Biru, dll.
Keadaan
ini disebut “titik ekuivalen” yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan
konsentrasi basa = . Sedangkan keadaan
dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indikator yang
disebut “titik akhir titrasi”. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat
disimpulkan rumus titrasi asam basa, yaitu:
Keterangan:
VA = Volume asam VB = Volume basa
MA = Konsentrasi asam MB = Konsentrasi
basa
nA= Valensi asam nB = Valensi basa
A.
Label dan Penyimpanan Bahan Kimia
Pemberian label terhadap jenis – jenis
bahan kimia diperlukan untuk dapat mengenal dengan cepat dan mudah sifat bahaya
dari suatu bahan kimia. Pengenalan dengan label ini amat penting dalam penanganannya, transportasi
dan penyimpanan bahan-bahan atau pergudangan. Cara penyimpanan bahan-bahan
kimia memerlukan pengetahuan dasar akan sifat bahaya serta kemungkinan
interaksi antara bahan serta kondisi yang mempengaruhinya.
LABEL ATAU SIMBOL BAHAYA
·
Mudah Meledak (EXPLOSIVE)
Bahaya : eksplosif pada
kondisi tertentu
Keamanan: hindari
benturan, gesekan, loncatan api dan panas
Penyimpanan: ruangan
dingin dan berventilasi
Contoh: ammonium
nitrat, nitroselulosa
·
Pengoksidasi (OXIDIZING AGENT)
Bahaya: oksidator,dapat
membakar bahan lain, penyebab timbulnya api atau penyebab kesulitan dalam
pemadaman api
Keamananan: hindari
panas serta bahan mudah terbakar dan reduktor
Penyimpanan: suhu
ruangan dingin berventilasi
Contoh: H2O2
dan Kalium Perklorat
·
Mudah Terbakar (FLAMMABLE)
1.
Zat terbakar langsung
Contoh: Aluminium alkil
posfor
Keamanan: hindari
campuran dengan udara
2.
Gas amat mudah terbakar
Contoh: Butana, propana
Keamanan: hindari
campuran dengan udara dan sumber api
3.
Zat sensitif terhadap air
Zat membentuk gas mudah
terbakar bila kena air atau uap. Contoh: Natrium
4.
Cairan mudah terbakar
Cairan dengan flash
point dibawah 21⁰C. Contoh: aseton dan benzena
Keamanan: jauhkan dari
api terbuka, sumber api dan loncatan api.
·
Beracun (TOXIC)
Bahaya: berbahaya bagi
kesehatan bila terisap, tertelan, atau kontak dengan kulit, dan juga dapat
mematikan
Keamanan: hindari
kontak atau masuk kedalam tubuh, segera berobat ke dokter bila kemungkinan
beracun
Contoh: Arsen
triklorida, Merkuri klorida
·
Berbahaya (HARMFULL)
Bahaya: menimbulkan
kerusakan kecil pada tubuh
Keamanan: hindari
kontak dengan tubuh atau hindari penghirupan, segera berobat bila terkena bahan
Contoh: piridin
·
Korosif (CORROSIVE)
Bahaya: korosif atau
merusak jaringan atau tubuh manusia
Contoh: belerang
dioksida dan klor
Keamanan: hindari
kontaminasi pernapasan, kontak dengan kulit dan mata
Penyimpanan: ruangan
dingin berventilasi , wadah tertutup dan bertiket
·
Pengiritasi (IRRITANT)
Bahaya: iritasi
terhadap kulit, mata, dan alat pernapasan
Contoh: Amonia dan
benzil klorida
Keamananan: hindari
kontaminasi udara, pernapasan kontak dengan kulit dan mata
B.
Syarat-syarat Penyimpanan Bahan
Mengingat bahaya sering terjadi
kebakaran, ledakan atau bocornya bahan-bahan kimia beracun dalam gudang, maka
penyimpanan bahan-bahan kimia beberapa kemungkinan dibawah ini perlu diperhatikan.
a.
Pengaruh panas/api
Kenaikan suhu akan
menyebabkan reaksi atau perubahan kimia terjadi dan mempercepat reaksi. Juga
percikan api berbahaya untuk bahan-bahan mudah terbakar.
b.
Pengaruh kelembaban
Zat-zat higroskopis
mudah menyerap uap air dari udara dan reaksi hidrasi yang eksotennis
menimbulkan pemanasan ruang.
c.
Interaksi dengan wadah
Bahan kimia dapat
berinteraksi dengan wadahnya dan bocor
d.
Interaksi antar bahan
Kemungkinan interaksi
antar bahan dapat menimbulkan ledakan, kebakaran atau timbulnya gas beracun.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor
diatas, beberapa syarat penyimpanan bahan secara singkat adalah sebagai
berikut:
1.
Bahan beracun
Contoh : Sianida
Syarat penyimpanan:
ruangan dingin dan berventilasi, jauh dari bahaya kebakaran, dipisahkan dari
bahan – bahan yang mungkin bereaksi, disediakan alat pelindung diri, pakaian
kerja, masker, gloves.
2.
Bahan korosif
Contoh: asam-asam
Syarat penyimpanan:
ruangan dingin dan berventilasi, wadah terrtutup dan bertikiket, dipisahkan
dari zat-zat beracun.
3.
Bahan mudah terbakar
contoh: benzena, eter
syarat penyimpanan:
suhu dingin dan berventilasi, jauhkan
dari sumber api atau panas, terutama loncatan api, listrik, dan bara rokok,
tersedian alat pemadam kebakaran.
4.
Bahan mudah meledak
Contoh: Ammonium nitrat
Syarat penyimpanan:
ruangan dingin dan berventilasi, jauhkan dari sumber api atau panas, hindarkan
dari gesekan dan tumbukan mekanis
5.
Bahan oksidator
Contoh: Peroksida
organic
Syarat penyimpanan:
suhu ruangan dingin dan berventilasi, jauhkan dari sumber api dan panas
termasuk loncatan api, listrik dan bara rokok, jauhkan dari bahan-bahan cairan
mudah terbakar atau reduktor
6.
Bahan reaktif terhadap air
Contoh: Natrium
Syarat penyimpanan:
suhu ruangan dingin, kering dan berventilasi, jauh dari sumber panas , bangunan
kedap air, disediakan pemadam kebakaran tanpa air (CO2, Halon, dry
powder)
7.
Bahan reaktif terhadap asam
Contoh: Natrium,
Hibrida, asam. Zat-zat tersebut kebanyakan dengan asam menghasilkan gas yang
mudah terbakar atau beracun
Syarat penyimpanan: ruangan
dingin berventilasi, jauhkan dari sumber api, panas, dan asam, ruangan
penyimpananperlu didesain agar tidak memungkinkan terbentuk kantong-kantong
hidrogen. Disediakan alat pelindung diri seperti kacamata, gloves, dan pakaian
kerja.
8.
Gas bertekanan
Contoh: gas N2,
Asetilen, H2, dan Cl2 dalam silinder
Syarat penyimpanan:
disimpan dalam keadaan tegak berdiri dan terikat, ruangan dingin dan tidak
terkena langsung matahari, jauhkan dari api dan panas, jauh dari bahaya korosif
yang dapat merusak kran dan katub-katub.